Selasa, 28 April 2015

Majas


MAJAS

Majas atau gaya bahasa atau sering disebut bahasa figuratif merupakan bahasa kias, bahasa yang diciptakan untuk menciptakan efek tertentu.


A.    Majas Perbandingan
1.      Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contoh:  
1)      Tanyakan pada rumput yang bergoyang.
2)      Ataukah ia tangan kabut yang nakal yang telah mencekik lehernya?

2.      Perumpamaan/Simile
Simile adalah majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda namun dianggap sama. Majas ini ditandai oleh pemakaian kata pembanding: bagai(kan), bak, semisal, seperti, serupa, umpama, laksana, dan kata pembanding lainnya.
Contoh:
1)      Wajahmu bagaikan bulan purnama.
2)      Rina dan Rini seperti pinang yang dibelah dua.
3.      Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat tanpa kata-kata pembanding.
Contoh:
1)      Raja siang bersinar terang.
2)      Ibu pulang dari pasar membawa buah tangan
4.      Alegori
Alegori adalah gaya bahasa yang mempertautkan satu hal atau kejadian dengan hal atau kejadian lain dalam satu kesatuan utuh. Majas ini merupakan majas simile atau metafora yang berkelanjutan.
Contoh:
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi Laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
.....................
(Sanusi Pane)
Dalam puisi di atas, penyair menyimbolkan Ki Hajar Dewantara dengan kuntum bunga teratai dengan maksud untuk membandingkan ciri-ciri bunga teratai dengan gagasan, pikiran, dan cita-cita tokoh pendidikan itu.

B.     Majas Pertentangan
1.      Hiperbola
Hiperbola ialah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud yang memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Contoh:
1)      Jangan tentang aku nanti darahku jadi membeku
2)      Sorak penonton mengguntur membelah angkasa.
2.      Litotes
Majas litotes adalah majas yang mengurangi, mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh:
1)      Pak, silahkan mampir ke gubuk kami!
2)      Terimalah bingkisan yang tidak berharga ini.
3.      Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok.
Contoh:
1)      Wah, bagus sekali tulisan kamu! (Padahal tulisannya jelek)
2)      Masih sore begini sudah pulang, padahal baru jam 2 malam.
4.      Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
1)      Lihat! Si Kriting sedang beraksi.
2)      Si Gendut yang akan menyelesaikan pekerjaan ini.
5.      Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
1)      Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
2)      Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
6.      Paradoks
Paradoks adalah majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh: Dia merasa kesepian di antara orang-orang yang ramai berjoget.
7.      Antitesis
Antitesis adalah majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh: Besar-kecil, tua-muda, pria-wanita, semua datang ke alun-alun.

C.     Majas Pertautan
1.      Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang atau lainnya sebagai penggantinya. Contoh:
Saya suka membaca Chairil Anwar.
Tolong belikan gudang garam 1 bungkus!
2.      Sinekdoke
a.       Pars Pro Toto
Pars Pro Toto ialah menyebut nama sebagian sebagai pengganti keseluruhan.
Contoh:
1)      Dia selalu menyembunyikan muka semenjak kejadian itu.
b.      Totem Pro Parte
Totem Pro Parte ialah menyebut nama keseluruhan untuk mengganti nama sebagian.
Contoh:
1) Dalam Piala Asia, Indonesia kewalahan menghadapi Arab Saudi.
3.      Eufimisme
Eufimisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
1)      Maaf, Bu! Anak ibu tidak dapat naik kelas karena tidak dapat mengikuti pelajaran. ( bodoh)
2)      Orang itu memang bertukar akal. (Gila)
3)      Banyak tunawisma di kota-kota besar. (Gelandangan)         
4.      Alusio
Alusio ialah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
Contoh:
1)      Tugu ini mengingatkan kita pada peristiwa 10 November.
2)      Jangan pernah meniru perilaku Si Malin Kundang.
5.      Elipsis
Elipsis adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kata atau bagian kalimat.
Contoh:
Sunyi. Menunggu mentari muncul. Terus saja hatiku masygul.
6.      Elipsis  
Elipsis ialah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat. Contoh:
Menggigil aku di sini. Dan nama-Mu terus saja kupanggil.

D.    Majas Perulangan
1.      Aliterasi
Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh:
Sepi sekitar tiada tanda hayati
Hanya hamparan haru tanpa tepi
2.      Antanaklasis
Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh:
Pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya
Dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian......
3.      Repetisi
Repetisi ialah majas perulangan kata sebagai penegasan yang dirunut dalam baris yang sama.
Contoh:
Badai kencang menerpa kencang menerjang
4.      Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan kata yang disusun dalam baris yang berbeda.
Contoh:
Ada cinta yang terpahat
Ada cinta yang tertambat
Ada cinta yang terhambat
Ada cinta yang terlambat


Senin, 06 April 2015

Unsur-Unsur Intrinsik Puisi


UNSUR-UNSUR INTRINSIK PUISI

Sebuah puisi memiliki unsur-unsur intrinsik berikut.

1.      Unsur bentuk/struktur fisik
Bentuk atau wujud puisi terdiri atas unsur-unsur berikut.
a.    Diksi
         Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-kata merupakan hasil pertimbangan, baik itu dalam makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata lain dalam baris dan baitnya.
Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu dan mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya.
Untuk menyatakan kemuraman, misalnya, Choiril Anwar dalam puisinya yang berjudul “ Senja di Pelabuhan Kecil” menggunakan kata-kata seperti tidak berlaut, gerimis, kelam, dan muram:
                                 
Perahu tidak berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya maut berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Kelepak elang menyinggung muram

b.      Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, sutu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. Disamping rima dikenal pula istilah ritma, yang diartikan dengan pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi.
Dan angin mendesah
Mengeluh mendesah

Rima merupakan usur yang sangat penting dalam puisi. Melalui unsur inilah, keindahan sebuah puisi tercipta. Rima tidak selalu terdapat di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan pada awal baris. Bahkan rima juga dapat ditemukan dalam satu baris.
Ada beberapa isrtilah yang selayaknya diketahui berkaitan dengan masalah bunyi di dalam puisi. Misalnya: efoni, kakofoni, enyabemen, sajak, asonansi, aliterasi, serta irama.
1.   Efoni, yaitu kombinasi-kombinasi bunyi yang merdu.
Angin mendayu bagai salju nan rindu
2.   Kakofoni, yaitu kombinasi bunyi yang tidak merdu
Gedobrak kereta siang bakal pergi meninggalkan kota
3.   Enyabemen, yaitu pemenggalan sintaksis dalam larik.
Adalah lelaki itu bermenung tentang makan
malam yang tersuguh di tengah hutan
4.   Asonansi, yaitu pengulangan bunyi vocal pada beberapa kata secara beruntun dalam satu baris
Air mengalir menghilir sungai
5.   Aliterasi, yaitu pengulangan bunyi konsonan pada beberapa kata secara beruntun dalam satu baris.
Bukan beta bijak berperi
Jenis-jenis rima
1.   Rima rangkai, berumus: a-a-a-a
Contoh:
Kalau sampai waktuku
Kumau takkan seorang merayu
Tidak juga kau
( Aku, choiril Anwar)
2.   Rima kembar / pasang, rumus: a-a-b-b
Conttoh:
Dan ingatlah aku kan jiwa-jiwa
Muda belia, belum sampai umur dewasa
Gugur melepaskan nafas penghabisan
Jatuhkan air mataku, tak dapat kutahan
( Negara Bangun, Waluyati S.)
3.      Rima peluk, rumus: a-b-b-a
Contoh:
Kau ketuk sendiri ambang dadamu anakku
Usapkan jemari sudah berdarah
Simpan laras bedil yang memerah
Ku tahu kau kembali jua anakku
(Ku Tahu Kau Kembali Jua Anakku, Taufiq Ismail)
4.      Rima silang, rumus: a-b-a-b
Contoh:
Ibarat gunung membiru tampak di cakrawala
Selalu diam tenang
Dan angin menyiksa lerengnya, suatu kala
‘kala pecah meletus, memuntahkan
( Negara Bangun, Waluyati S.)
5.      Rima patah, rumus a-a-a-b/ a-b-a-a
Contoh:
Raja dari batu hitam
Di balik rimba kelam
Naga malam
Mari kemari
( Mantera, Asrul Sani)

c.       Majas
Majas merupakan kalimat ataupun ungkapan yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal lain. Majas atau gaya bahasa memiliki pengaruh yang kuat dalam menghasilkan keindahan dan imajinasi tambahan suatu puisi.
Contoh:
Engkaulah Putri Duyungku
lembut bagai angin lalu
mendesah bagiku

d.      Pengimajinasian
Pengimajinasian dapat didevinisikan sebagai kata atau susunan kata yang menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.

e.       Tipografi
Tipografi adalah bentuk penataan baris-baris, dan bait-bait puisi. Puisi tidak berbentuk paragraf. Melainkan berbentuk bait. Dalam puisi  kontemporer seperti karya-karya Sutardji Calsom Bachri, itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna-makna kata.


2.               Unsur Isi
Isi pusi meliputi unsur-unsur berikut.
a.                Makna dan Tema
Dalam puisi, kata-kata dan satuan-satuan bahasa lainnya, mengandung makna tambahan (konotatif). Kata-kata tidak tunduk pada aturan kelogisan sebuah kalimat, namun tunduk pada ritma larik puisi.
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
( Senja di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar) 
Penyair mengungkapkan kedukaan karena kegagalan dalam cinta. Penyair merasakan kehampaan dalam hatinya. Cintanya sudah hilang kisah-kisah masa lalu yang indah (rumah tua pada cerita), yang dulu dipenuhi hubungan cintanya denganssang kekasih (pada cerita tiang serta temali) kini sudah tiada lagi. Hatinya tidak lagi dipenuhi keceriaan (menghembus diri) bagaikan perahu yang tidak mempunyai laut.
Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Gagasan pokok tersebut dapat kita ketahui tentunya setelah dapat memaknai puisinya itu secara keseluruhan.

b.               Perasaan (feeling)
Puisi merupakan karya sastra yang mewakili ekspresi perasaan penyairnya. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahaan, atau pengagungan kepada kekasih, alam, pahlawan, nabi, ataupun kepada Allah SWT. Dalam menciptakan puisi, penyair mengekspresikan suasana batinnya.

c.                Nada dan Suasana
Sikap penyair kepada pembaca ini disubut nada puisi. Adapun suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi ini. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca.

d.               Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan.