Unsur-Unsur Intrinsik Puisi
Sebuah
puisi memiliki unsur-unsur intrinsik berikut.
1.
Unsur bentuk/struktur
fisik
Bentuk
atau wujud puisi terdiri atas unsur-unsur berikut.
a.
Diksi
Kata-kata yang digunakan dalam puisi
merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-kata merupakan hasil
pertimbangan, baik itu dalam makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu
dengan kata lain dalam baris dan baitnya.
Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif. Makna dari kata-kata itu
mungkin lebih dari satu dan mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan
memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya.
Untuk menyatakan kemuraman, misalnya, Choiril Anwar dalam
puisinya yang berjudul “ Senja di Pelabuhan Kecil” menggunakan kata-kata seperti
tidak berlaut, gerimis, kelam, dan muram:
Perahu
tidak berlaut
Menghembus
diri dalam mempercaya maut berpaut
Gerimis
mempercepat kelam
Kelepak
elang menyinggung muram
b.
Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, sutu
puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. Disamping rima
dikenal pula istilah ritma, yang diartikan dengan pengulangan kata, frase, atau
kalimat dalam bait-bait puisi.
Dan angin mendesah
Mengeluh mendesah
Rima merupakan usur yang sangat penting dalam puisi. Melalui unsur
inilah, keindahan sebuah puisi tercipta. Rima tidak selalu terdapat di akhir
baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan pada awal baris. Bahkan rima
juga dapat ditemukan dalam satu baris.
Ada beberapa isrtilah yang selayaknya diketahui berkaitan dengan
masalah bunyi di dalam puisi. Misalnya: efoni, kakofoni, enyabemen, sajak,
asonansi, aliterasi, serta irama.
1.
Efoni, yaitu
kombinasi-kombinasi bunyi yang merdu.
Angin mendayu bagai salju nan rindu
2.
Kakofoni, yaitu
kombinasi bunyi yang tidak merdu
Gedobrak kereta siang bakal pergi meninggalkan kota
3.
Enyabemen,
yaitu pemenggalan sintaksis dalam larik.
Adalah lelaki itu bermenung tentang makan
malam yang tersuguh di tengah hutan
4.
Asonansi, yaitu
pengulangan bunyi vocal pada beberapa kata secara beruntun dalam satu baris
Air mengalir menghilir sungai
5.
Aliterasi, yaitu pengulangan bunyi konsonan pada beberapa kata secara beruntun
dalam satu baris.
Bukan
beta bijak berperi
Jenis-jenis rima
1.
Rima rangkai,
berumus: a-a-a-a
Contoh:
Kalau sampai waktuku
Kumau takkan seorang merayu
Tidak juga kau
(
Aku, choiril Anwar)
2.
Rima kembar /
pasang, rumus: a-a-b-b
Conttoh:
Dan ingatlah aku kan jiwa-jiwa
Muda belia, belum sampai umur dewasa
Gugur melepaskan nafas penghabisan
Jatuhkan air mataku, tak dapat kutahan
(
Negara Bangun, Waluyati S.)
3.
Rima peluk,
rumus: a-b-b-a
Contoh:
Kau ketuk sendiri ambang dadamu anakku
Usapkan jemari sudah berdarah
Simpan laras bedil yang memerah
Ku tahu kau kembali jua anakku
(Ku
Tahu Kau Kembali Jua Anakku, Taufiq Ismail)
4.
Rima silang,
rumus: a-b-a-b
Contoh:
Ibarat gunung membiru tampak di cakrawala
Selalu diam tenang
Dan angin menyiksa lerengnya, suatu kala
‘kala pecah meletus, memuntahkan
( Negara
Bangun, Waluyati S.)
5.
Rima patah,
rumus a-a-a-b/ a-b-a-a
Contoh:
Raja dari batu hitam
Di balik rimba kelam
Naga malam
Mari kemari
(
Mantera, Asrul Sani)
c.
Majas
Majas merupakan
kalimat ataupun ungkapan yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau
mempersamakan sesuatu dengan hal lain. Majas atau gaya bahasa memiliki pengaruh
yang kuat dalam menghasilkan keindahan dan imajinasi tambahan suatu puisi.
Contoh:
Engkaulah Putri
Duyungku
lembut bagai
angin lalu
mendesah bagiku
d.
Pengimajinasian
Pengimajinasian
dapat didevinisikan sebagai kata atau susunan kata yang menimbulkan khayalan
atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa,
mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
e.
Tipografi
Tipografi
adalah bentuk penataan baris-baris, dan bait-bait puisi. Puisi tidak berbentuk
paragraf. Melainkan berbentuk bait. Dalam puisi
kontemporer seperti karya-karya Sutardji Calsom Bachri, itu dipandang
begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna-makna kata.
2.
Unsur Isi
Isi
pusi meliputi unsur-unsur berikut.
a.
Makna dan Tema
Dalam puisi, kata-kata dan satuan-satuan bahasa lainnya, mengandung
makna tambahan (konotatif). Kata-kata tidak tunduk pada aturan kelogisan sebuah
kalimat, namun tunduk pada ritma larik puisi.
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
( Senja di
Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
Penyair mengungkapkan kedukaan karena kegagalan dalam cinta.
Penyair merasakan kehampaan dalam hatinya. Cintanya sudah hilang kisah-kisah
masa lalu yang indah (rumah tua pada cerita), yang dulu dipenuhi
hubungan cintanya denganssang kekasih (pada cerita tiang serta temali)
kini sudah tiada lagi. Hatinya tidak lagi dipenuhi keceriaan (menghembus
diri) bagaikan perahu yang tidak mempunyai laut.
Tema
merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Gagasan pokok
tersebut dapat kita ketahui tentunya setelah dapat memaknai puisinya itu secara
keseluruhan.
b.
Perasaan (feeling)
Puisi
merupakan karya sastra yang mewakili ekspresi perasaan penyairnya. Bentuk
ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahaan, atau pengagungan kepada
kekasih, alam, pahlawan, nabi, ataupun kepada Allah SWT. Dalam
menciptakan puisi, penyair mengekspresikan suasana batinnya.
c.
Nada dan
Suasana
Sikap
penyair kepada pembaca ini disubut nada puisi. Adapun suasana adalah keadaan
jiwa pembaca setelah membaca puisi ini. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan
puisi itu terhadap jiwa pembaca.
d.
Amanat
Amanat
merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya. Amanat
tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang
diungkapkan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda